1000 alunan simfoni mengalun difikiranku, menjadi back sound ditiap skenario imajinasiku, alunan petikan biola menyuarai sedihnya hati ini, sedihnya hati membayangkan skenario terindahku dan dirinya, could it be possible ? Could it be a reality, BOOM! Suara drum mengembara menyadarkan saya dalam imajinasi saya, "skenario yang salah" fikirku. Alunan petikan gitar mengiringi perih hati ini, setiap diksi yang kugunakan dalam skenario imajinasi ini membuatnya dramatis, bagaikan hamparan kertas begitu katanya "tidak" ini harus lebih dramatis "baik, saya akan tetap menunggu, how's that?". Ah ternyata hati diam-diam mengamati pergelutan otak, diam-diam menyeruak. "Katanya ingin dramatis" "saya siapkan yang ironis"begitu kata hati. apa? Menunggu siapa? Menunggu apa? "Halah, skenario macam apa ini, km jelas tau apa yang ditunggu, dan siapa yg ditunggu" hati lalu nyinyir.
Skenario terburuk yg saya alami, dramatis-ironis. Sudahlah matikan saja 1000 simfoni suara biola dan suara gitar. Kata dramatis-ironis pun sudah cukup jadi back soundnya. Back sound hidup saya, pejamkan mata, pikirkan dramatis-ironis, otomatis akan muncul rangkaian not-not kehidupan saya yang bernada galau,.cukup klise bukan? Nada-nada galau tapi cukup indah asal kita pejamkan mata scukupnya. Ini kisah skenario ku tercipta, bukan kisah kumenunggumu, jangan bahagia dulu.
No comments:
Post a Comment