Thursday, November 17, 2011

What Hurt The Most

Pertama kali merasakan sakit hati. Waktu itu saya seperti orang gila berharap dia akan kembali, menunggu berbulan2x, mencintai bertahun2x dan membentengi perasaan lain.Terima kasih yang pertama memang selalu menjadi pelajaran, walau yang pertama memang bukan yang terpahit, tapi rasanya cukup seperti tertimpa meteor.
Kedua kali merasakan sakit hati. Waktu itu saya seperti orang depresi, tidak, bukan seperti tapi saya memang depresi. Saya baru merasakan hal seperti itu lagi, setelah sekian lama saya baru berani meruntuhkan benteng tinggi yang saya bangun didalam hati saya. Ini saya akui yang terpahit, hingga saat ini saya masih tetap membentengi hati saya bahkan jauh lebih tinggi. Tapi hanya dia yang mampu meruntuhkan benteng itu dan dia yang mampu membuat sya berdiri dan berarti.
Ketiga kalinya, dia, dia yang saya pikir yang mampu membuat saya berdiri dan berarti ternyata kembali meruntuhkan semuanya, bagi saya semuanya tampak seperti fatamorgana. Selama ini sepertinya yang saya lihat hanya fatamorgana, dari kejauhan dirasa memang indah, tapi dari dekat semuanya hanya bayangan. Permasalahannya saya tidak pernah berani melihat semuanya dari dekat, saya hanya berdiam diri di kejauhan. Saya tau apa yang saya jalani dengan dia memang tidak jelas, tapi apa yang saya rasakan jelas. Memang saya tidak tau arahnya kemana tapi saya tau tujuannya kemana. Mungkin apa yang dijalani setengah2x itu tidak pernah bagus pada akhirnya. Dan kembali lagi saya merasakan sakitnya, rasanya seperti terjatuh dari awan dan saya langsung lumpuh, it makes me paralysed, saya seketika mati rasa, saya ingin menjerit tapi saya tidak bisa bersuara, ingin menangin tapi untuk mengedipkan matapun saya tak mampu, dan kalian tau, its even worst daripada depresi yang saya rasakan, karena sakitnya pada akhirnya ketika saya sembuh baru terasa. Jika ini karma atas semua yang pernah saya lakukan dimasa-masa lalu atau jika ini pertanda saya harus tetap sendiri, atau jika ini pertanda saya akan mendapat seseorang yang lebih baik, mohon dekatkanlah, saya cape, and its getting even pathetic when I finally say that I'm getting used to it.

Terima Kasih para jagoanku yang membuatku belajar yang membuatku mengerti :) 
Powered By Blogger